XI
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kelas sosial adalah penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat artinya
semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan
diakui oleh masyarakat umum. Menurut Gilbert dan Kahl ada 3 Variabel yang
mempengaruhi kelas social yaitu:
Variabel ekonomi. Pekerjaan, pendapatan dan kekayaan mempunyai
kepentingan kritis karena apa yang orang kerjakan untuk nafkah tidak hanya
menentukan berapa banyak yang harus pengeluaran rutin yang harus dikeluarkan,
tetapi juga sangat penting dalam menentukan kehormatan yang diberikan kepada
anggota keluarga.
Variabel Interaksi. Prestise pribadi, asosiasi, dan sosialisasi
ialah inti dari kelas social.
a)
Prestise adalah sentiment di
dalam pikiran orang yang mungkin tidak selalu mengetahui bahwa hal itu ada
disana.
b)
Asosiasi adalah Variabel yang
berkenaan dengan hubungan sehari-hari yang mereka kerjakan dengan cara yang
sama dan dengan siapa mereka merasa senang.
c)
Sosialisasi adalah proses
dimana individu belajar keterampilan, sikap, dan kebiasaan untuk berpartisipasi
di dalam kehidupan komunitas bersangkutan.
Variabel Politik. Kekuasaan, kesadaran kelas, dan mobilitas penting
untuk mengerti aspek politik dan sistem stratifikasi.
a)
Kekuasaan adalah potensi
individu atau kelompok untuk menjalankan kehendak mereka atas orang lain.
b)
Kesadaran kelas mengacu pada
tingkat dimana orang di dalam suatu kelas social sadar akan diri mereka sebagai
suatu kelompok tersendiri dengan kepentingan politik.
c)
Mobilitas adalah konsep kembar
yang berhubungan dengan stabilitas atau instabilitas system stratifikasi.
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan
status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat
karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat
dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
Contoh : Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat
kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut
Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita
temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana,
gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan
Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai
oleh kasta Sudra. Status sosial dapat dibedakan menjadi dua macam menurut
proses perkembangannya:
1)
Status yang diperoleh atas
dasar keturunan . Pada umumnya status ini banyak dijumpai pada masyarakat yang
menganut stratifikasi tertutup.
2)
Status yang diperoleh atas
dasar usaha yang disengaja, status ini dalam perolehannya individu dan anggota
masyarakat berhak dan bebas menentukan kehendaknya sendiri dalam memilih status
tertentu sesuai dengan kemampuannya sendiri.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Jenjang Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan )
orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status
sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang
yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki kedudukan sosial yang
kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada
pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.
2.2 Pengertian
Jenjang Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan )
orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status
sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang
yang secara sendidi-sendidi atau bersama-sama memiliki kedudukan social yang
kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada
pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.
Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke
dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap
kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya
mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial
biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai
yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para
anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih
rendah dari pada mereka. Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para
pemasar. Para konsumen membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk
ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih
tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari berbagai produk lain karena
mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih
rendah”.
Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup
dalam berbagai kategori yang luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran
reputasi, dan ukuran objektif dari kelas sosial. Peneliti konsumen telah
menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor gaya hidup
tertentu ( kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama ) yang cenderung
membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya.
Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam
kedudukan kelas sosial dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua
mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena
tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan
memajukan diri.
Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup
dan barang-barang yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi
maka para pemasar sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang lebih
tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan yang ditargetkan
pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.
2.3 Faktor Penentu
Kelas sosial
Apakah yang menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu kelas
sosial tertentu? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sangat beragam, karena
strata sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi dengan sengaja
disusun untuk mengejar tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama.
Secara ideal semua manusia pada dasarnya sederajat.
Namun secara realitas, disadari ataupun tidak ada orang-orang yang
dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang dipandang rendah kedudukannya.
Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang dalam masyarakat disebut status
atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam suatu pola hubungan sosial
yang tertentu). Status merupakan unsur utama pembentukan strata sosial,
karena status mengandung aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek
struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan - tinggi dan rendah
dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek yang menunjukkan
adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh penyandang
status.
Talcott Persons, menyebutkan ada lima menentukan tinggi rendahnya
status seseorang, yaitu:
1)
Kriteria kelahiran (ras,
kebangsawanan, jenis keCamin,
2)
Kualitas atau mutu pribadi
(umur, kearifan atau kebijaksanaan)
3)
Prestasi (kesuksesan usaha,
pangkat,
4)
Pemilikan atau kekayaan
(kekayaan harta benda)
Otoritas (kekuasaan dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/
mempengaruhi orang lain sehingga orang itu mau bertindak sesuai dengan yang
diinginkan tanpa perlawanan). Beberapa indikator lain yang berpengaruh terhadap
pembentukan kelas sosial, yaitu:
a)
Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas
sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan
suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki
cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup
tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara
hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak
sekali uang untuk dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun
demikian, jumlah uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status
kelas sosial atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak
uang, tetapi mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang
kelas sosial atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam
sub-kultur kelas sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan
melakukan kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya
yang asli. Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki
sikap, perasaan, dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang status yang akan
dituju, dan hal ini diperlukan waktu yang tidak singkat.
Uang juga memiliki makna halus lainnya. Penghasilan yang diperoleh
dari pekerjaan profesional lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang
berujud upah dari pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari pekerjaan halal
lebih memiliki prestise daripada uang hasil perjudian atau korupsi. Dengan
demikian, sumber dan jenis penghasilan seseorang memberi gambaran tentang latar
belakang keluarga dan kemungkinan cara hidupnya.
Jadi, uang memang merupakan determinan kelas sosiai yang penting;
hal tersebut sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran
tentang latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang.
b)
Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam
jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa
jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal
ini dapat kita lihat pada masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih
menghormati ilmuwan dan memandang rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi
Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih
tinggi daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah
lama menarik perhatian para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang
berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun
demikian terdapat banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang
berprestise tinggi pada umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun
korelasinya masih jauh dari sempuma.
Demikian halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah
kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan strata sosial, Karena
bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau polisi
kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat hukum atau
ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya rendah
itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari semua
pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang
penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan
pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa
menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja,
dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga
selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi
keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara
hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
Keseluruhan cara hidup seseoranglah yang pada akhimya menentukan
pada strata sosial mana orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu
indikator terbaik untuk mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu,
pekerjaan-pun merupakan indikator terbaik untuk mengetahui strata sosial
seseorang.
c)
Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya
dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis
dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan
tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan
perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan
dalam keseluruhan cara hidup seseorang.
Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada
pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan
perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor.
Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat
pendidikan mereka sebanding.
2.4 Pengukuran
Kelas Sosial
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
Berdasarkan Status Ekonomi :
1)
Aristoteles membagi masyarakat
secara ekonomi menjadi kelas atau golongan:
·
Golongan sangat kaya
·
Golongan kaya
·
Golongan miskin
Aristoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut seperti piramida:
1. Golongan Sangat Kaya
2. Golongan Kaya
3. Golongan Miskin
Keterangan :
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat.
Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di
dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat.
Mereka kebanyakan rakyat biasa.
2)
Karl Marx juga membagi
masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:
a)
Golongan kapitalis atau borjuis
: adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
b)
Golongan menengah : terdiri
dari para pegawai pemerintah.
c)
Golongan proletar : adalah
mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah
kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan
kapatalis karena dalam kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum
kapitalis. Dengan demikian, dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan
masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis dan golongan proletar.
3)
Pada masyarakat Amerika
Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
a)
Kelas sosial atas lapisan atas
( Upper-upper class)
b)
Kelas sosial atas lapisan bawah
( Lower-upper class)
c)
Kelas sosial menengah lapisan
atas ( Upper-middle class)
d)
Kelas sosial menengah lapisan
bawah ( Lower-middle class)
e)
Kelas sosial bawah lapisan atas
( Upper lower class)
f)
Kelas sosial lapisan sosial
bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)
Keterangan :
Kelas sosial pertama : keluarga-keluarga yang
telah lama kaya.
Kelas sosial kedua : belum
lama menjadi kaya
Kelas sosial ketiga :
pengusaha, kaum professional
Kelas sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum
semi profesional, supervisor, pengrajin terkemuka
Kelas sosial kelima :
pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam :
para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.
4)
Dalam masyarakat Eropa dikenal
4 kelas, yakni:
a)
Kelas puncak (top class)
b)
Kelas menengah berpendidikan
(academic middle class)
c)
Kelas menengah ekonomi
(economic middle class)
d)
Kelas pekerja (workmen dan
Formensclass)
e)
Kelas bawah (underdog class)
Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan
status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat
karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat
dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
Contoh : Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat
kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut
Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita
temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana,
gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan
Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai
oleh kasta Sudra.
Berdasarkan Status Politik
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan.
Seseorang yang mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada dilapisan tinggi,
sedangkan yang tidak punya wewenang berada dilapisan bawah. Kelompok kelas
sosial atas antara lain:
- pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
- pejabat legislatif, dan
- pejabat yudikatif.
Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada
hirarki militer.
a.
Kelas Sosial Atas (perwira)
Dari pangkat Kapten hingga Jendral
b.
Kelas sosial menengah (Bintara)
Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan mayor
c.
Kelas sosial bawah (Tamtama)
Dari pangkat Prajurit hingga Kopral kepala
2.5 Apakah Kelas Sosial
Berubah
Kelas sosial akan pasti berubah, sama halnya seperti roda kehidupan
yang selalu berputar. Kadang seseorang berada dalam status sosial yang tinggi
atau berada saat mapan atau di hormati, tetapi terkadang lambat laun akan
berada di posisi bawah, yaitu ketika mereka tidak lagi berjaya, kaya, atau di
hormati seperti sebelum – sebelumnya. Ketika kelas sosial berubah perubahan itu
juga akan mempengaruhi perilaku dan selera konsumen terhadap suatu barang.
Misalnya seorang yang biasa mengkonsumsi nasi dari beras yang mempunyai
kualitas yang rendah, tetapi apabila ia menjadi kaya atau memperoleh rezeki
yang berlebih maka ia akan merubah beras yang di konsumsi dari yang berkualitas
rendah ke kualitas yang lebih tinggi. Dan ini juga bisa mempengaruhi berbagai
permintaan produksi suatu barang maupun jasa.
2.6 Pemasaran Pada Segmen
Pasar Berdasarkan Kelas Social
Pemasaran pada segmen pasar berdasarkan kelas sosial berbeda – beda
sesuai dengan kelas sosial yang ingin di tuju. Bisa dilihat apabila ingin
memasarkan suatu produk yang mempunyai kelas sosial yang tinggi biasanya
menggunakan iklan yang premium atau bisa di bilang lebih eksklusif karena dapat
diketahui bahwa orang – orang yang berada di kelas sosial atau memiliki status
sosial yang tertinggi, mereka lebih memilih produk yang higienis, terbaru,
bermerk, dan kualitas yang sangat bagus. Berbeda apabila pemasaran dilakukan
untuk orang – orang yang berada pada kelas sosial terendah. Penggunaan iklan
pun kurang di gencarkan dan biasanya malah lebih menggunakan promosi yang lebih
kuat, karena kelas sosial yang rendah lebih banyak mementingkan sebuah
kuantitas suatu produk dengan harga yang murah. Jadi berbeda sekali pemasaran
yang dilakukan apabila melihat dari posisi kelas sosial yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar